Wednesday, October 13, 2010

Nyeri Punggung Bawah, Jangan Anggap Enteng

Anda sering merasakan nyeri punggung bawah (low back pain)? Jika ya, Anda tidak sendirian. Menurut American Pain Foundation, 80% orang dewasa di Amerika pernah mengalami nyeri punggung bawah. Proporsi jumlah penderita gejala tersebut di negara berkembang diperkirakan tidak jauh beda. Wajar bukan? Ternyata bukan Anda saja yang mengalaminya. Namun jangan menganggap sesuatu yang wajar sebagai sesuatu yang normal-normal saja. Tetaplah waspada!

Spoiler for lowbackpain:




Anda mungkin pernah membaca statistik bahwa 40%-45% gejala nyeri punggung bawah akan hilang dengan sendirinya dalam waktu satu hingga dua minggu. Statistik tersebut mungkin benar. Namun apakah Anda akan menunggu hingga waktu selama itu sebelum bertindak? American Academy of Physic Medicine and Rehabilitation merilis informasi sebagai berikut:
40% penderita nyeri punggung bawah merasakan gejala tersebut hingga dua tahun
62% penderita nyeri punggung bawah merasakan serangan nyeri yang berulang hingga satu tahun setelah serangan pertama
Masalah nyeri punggung bawah yang berkelanjutan kebanyakan diderita oleh penderita yang baru datang ke dokter 6 hingga 10 minggu setelah serangan nyeri.

Spoiler for lowbackpain:


Penundaan pemeriksaan dan penanganan juga akan menaikkan biaya kesehatan yang akan dikeluarkan oleh penderita. Usia muda bukan jaminan bahwa nyeri punggung bawah akan cepat menghilang. American Pain Foundation menyebutkan bahwa lebih dari 26 juta warga Amerika usia 26-64 tahun menderita gejala ini.

Spoiler for lowbackpain:


Nyeri pungung dapat disebabkan atau dipicu oleh berbagai hal. Contoh beberapa hal yang dapat menyebabkan atau memicu terjadinya nyeri pungggung bawah adalah posisi yang konstan dalam waktu lama, kelainan saraf di sekitar tulang punggung, dan proses infeksi di sekitar tulang punggung. Cobalah Anda mengingat dan memperhatikan posisi tubuh Anda yang paling nyaman dan dapat meringankan rasa nyeri pungung Anda. Anda sebaiknya juga memperhatikan pada posisi apakah Anda merasakan nyeri punggung yang memberat. Segeralah berkunjung ke dokter dan ceritakan hal tersebut. Anda dapat mengunjungi dokter spesialis saraf, orthopedi, atau rehabilitsi medik. Kesehatan adalah sebuah anugrah yang sangat berharga. Jangan menunda-nunda selama masih ada harapan untuk hidup sehat, bugar, dan bahagia!

Tuesday, October 12, 2010

ASKEP ANAK MARASMUS



* Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649).
* Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi, 2001:196).
* Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).
* Zat gizi adalah zat yang diperoleh dari makanan dan digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan, pertahanan dan atau perbaikan. Zat gizi dikelompokkan menjadi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. (Arisman, 2004:157).
* Energi yang diperoleh oleh tubuh bukan hanya diperoleh dari proses katabolisme zat gizi yang tersimpan dalam tubuh, tetapi juga berasal dari energi yang terkandung dalam makanan yang kita konsumsi.
* Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi, disamping membantu pengaturan metabolisme protein. Protein dalam darah mempunyai peranan fisiologis yang penting bagi tubuh untuk :

1. Mengatur tekanan air, dengan adanya tekanan osmose dari plasma protein.
2. Sebagai cadangan protein tubuh.
3. Mengontrol perdarahan (terutama dari fibrinogen).
4. Sebagai transport yang penting untuk zat-zat gizi tertentu.
5. Sebagai antibodi dari berbagai penyakit terutama dari gamma globulin.

Dalam darah ada 3 fraksi protein, yaitu : Albumin, globulin, fibrinogen.

ETIOLOGI

* Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999).
* Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).


PATOFISIOLOGI
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).

MANIFESTASI KLINIK
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit. (Nelson,1999).

Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua
2. Lethargi
3. Irritable
4. Kulit keriput (turgor kulit jelek)
5. Ubun-ubun cekung pada bayi
6. Jaingan subkutan hilang
7. Malaise
8. Kelaparan
9. Apatis

PENATALAKSANAAN

1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.


Penanganan KKP berat
Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.
Upaya pengobatan, meliputi :

* Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.
* Pencegahan jika ada ancamanperkembangan renjatan septik
* Pengobatan infeksi
* Pemberian makanan
* Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan vitamin, anemia berat dan payah jantung.


Menurut Arisman, 2004:105

* Komposisi ppemberian CRO (Cairan Rehidrasi Oral) sebanyak 70-100 cc/kg BB biasanya cukup untuk mengoreksi dehidrasi.
* Cara pemberian dimulai sebanyak 5 cc/kg BB setiap 30 menit selama 2 jam pertama peroral atau NGT kemudian tingkatkan menjadi 5-10 cc/kg BB/ jam.
* Cairan sebanyak itu harus habis dalam 12 jam.
* Pemberian ASI sebaiknya tidak dihentikan ketika pemberian CRO/intravena diberikan dalam kegiatan rehidrasi.
* Berika makanan cair yang mengandung 75-100 kkal/cc, masing-masing disebut sebagai F-75 dan F-100.


Menurut Nuchsan Lubis
Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :
1. Tahap awal :24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan IV.

* cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa atau Ringer Laktat Dextrose 5%.
* Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.
* Kemudian 140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
* Cairan diberikan 200ml/kg BB/ hari.

2. Tahap penyesuaian terhadap pemberian makanan

* Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/ kg BB/ hari atau rata-rata 50 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 1-1,5 gr/ kg BB/ hari.
* Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga mencapai 150-175 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 3-5 gr/ kg BB/ hari.
* Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet TKTP ini lebih kurang 7-10 hari.


PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Fisik

* Mengukur TB dan BB
* Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter)
* Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
* Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).

2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.

FOKUS INTERVENSI
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang). (Wong, 2004)
Tujuan :
Pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil :
meningkatkan masukan oral.
Intervensi :
a. Dapatkan riwayat diet
b. Dorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat makan
c. Minta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi menyenangkan
d. Gunakan alat makan yang dikenalnya
e. Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah gangguan dan memuji anak untuk makan mereka
f. Sajikan makansedikit tapi sering
g. Sajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare. (Carpenito, 2001:140)
Tujuan :
Tidak terjadi dehidrasi
Kriteria hasil :
Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor kulit baik.
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi
b. Monitor jumlah dan tipe masukan cairan
c. Ukur haluaran urine dengan akurat

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik. (Doengoes, 2000).
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria hasil :
kulit tidak kering, tidak bersisik, elastisitas normal
Intervesi :
a. Monitor kemerahan, pucat,ekskoriasi
b. Dorong mandi 2xsehari dan gunakan lotion setelah mandi
c. Massage kulit Kriteria hasilususnya diatas penonjolan tulang
d. Alih baring

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh
Tujuan :
Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Kriteria hasil:
suhu tubuh normal 36,6 C-37,7 C,lekosit dalam batas normal

Intervensi :
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b. Pastikan semua alat yang kontak dengan pasien bersih/steril
c. Instruksikan pekerja perawatan kesehatan dan keluarga dalam prosedur kontrol infeksi
d. Beri antibiotik sesuai program

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi (Doengoes, 2004)
Tujuan :
pengetahuan pasien dan keluarga bertambah
Kriteria hasil:
Menyatakan kesadaran dan perubahan pola hidup,mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala.
Intervensi :
a. Tentukan tingkat pengetahuan orangtua pasien
b. Mengkaji kebutuhan diet dan jawab pertanyaan sesuai indikasi
c. Dorong konsumsi makanan tinggi serat dan masukan cairan adekuat
d. Berikan informasi tertulis untuk orangtua pasien

6. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnyakemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat. (Carpenito, 2001:157).
Tujuan :
Anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya.
Kriteria hasil :
Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa, kognitif atau aktifitas motorik sesuai dengan usianya.
Intervensi :
a. Ajarkan pada orangtua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia.
b. Kaji tingkat perkembangan anak dengan Denver II
c. Berikan kesempatan bagi anak yang sakit memenuhi tugas perkembangan
d. Berikan mainan sesuai usia anak.

7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat malnutrisi. (Carpenito, 2001:3)
Tujuan :
Anak mampu beraktifitas sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil :
Menunjukkan kembali kemampuan melakukan aktifitas.
Intervensi :
a. Berikan permainan dan aktifitas sesuai dengan usia
b. Bantu semua kebutuhan anak dengan melibatkan keluarga pasien

8. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya masukan protein (malnutrisi). (Carpenio, 2001:143).
Tujuan :
Kelebihan volume cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Menyebutkan faktor-faktor penyebab dan metode-metode pencegahan edema, memperlihatkan penurunan edema perifer dan sacral.
Intervensi :
a. Pantau kulit terhadap tanda luka tekan
b. Ubah posisi sedikitnya 2 jam
c. Kaji masukan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan.

Peran dan Status dalam Lapisan Masyarakat

Peran dan Status dalam Lapisan Masyarakat
Titis Sriyanti, SKM



Dalam Negara terdapat tiga Unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, yang melarat, dan yang berada di tengah-tengahnya (Aristoteles, Yunani)
Sistem lapisan merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakt yang hidup teratur.
Barang siapa yg memiliki sesuatu yg berharga dlm jumlah yg sangat banyak, dianggap masyarakat berkedudukan dalam lapisan atas.

Definisi
Social Stratification adalah : pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas bertingkat (secara Hirarkis) (Sorokin, 1959)

Terjadinya Sistem Lapisan Masyarakat
Sistem Lapisan Masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya
ex : Marga tanah di Masyarakat Batak
Sistem Lapisan Masyarakat ada pula yang sengaja disusun
ex : Kepala Masyarakat di Masyarakat Ngaju, Kalimantan Selatan

Sifat Sistem Lapisan Masyarakat
Closed Social Stratification : membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yg lain.

Open Social Stratification : Anggota masyarakat berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan
Dasar Lapisan Masyarakat
Ukuran yg dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat
Ukuran Kekayaan
Ukuran Kekuasaan
Ukuran Kehormatan
Ukuran Ilmu Pengetahuan
Unsur-unsur Lapisan Masyarakat
Kedudukan (Status)
Tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial (Roucek dan Warren, 1962).

Kedudukan Sosial : tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, pretise dan hak-haknya, serta kewajiban-kewajibannya
Lanjutan……
Macam Kedudukan Sosial
Ascribed Status
kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan.
Banyak ditemui pada kelompok masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup.
Lanjutan….
Achived Status
Kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang di sengaja

ex : setiap orang dapat menjadi hakim asal dengan persyaratan tertentu.



Lanjutan…….
Assigned Status
Merupakan kedudukan yang diberikan (Mayor Polak, 1966).
ex : seorang PNS seharusnya naik pangkat secara reguler, setelah menduduki kepangkatannya yang lama selama jangka waktu tertentu.

Peranan (Role)
Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan.
Apabila seseorang telah melaksanakan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peran

Lanjutan…..
Peranan mencakup 3 hal (Lenvinson, 1964)
Peranan meliputi norma-norma yg dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dlm masyarakat.

Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dlm masyarakat suatu organisasi.
Peranan juga dapat dikatakan perilaku individu yang penting bagi struktur organisasi masyarakat.

Sejalan dg adanya status conflict, jg ada conflict of role.
Bahkan terjadi pemisahan antara individu dg peranannya yg sesungguhnya —› role-distance
Biasanya setiap pihak mempunyai perangakt peranan tertentu —› set of role
ex : seorang dokter yang berinteraksi dengan pihak-pihak tertentu di dalam suatu sub sistem sosial RS

Pembahasan perihal aneka macam peranan yg melekat pd individu2 dlm masy penting bg hal2 berikut :

Bahwa peranan tertentu hrs dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak dipertahankan.
Peranan tsb seyogyanya diletakkan pada individu-individu yg oleh masy dianggap mampu melaksanakannya.

Dalam masyarakat kadangkala dijumpai individu yg tak mampu melaksanakan peranannya
Apabila semua org sanggup dan melaksanakan peranannya, belum tentu masyarakat akan mampu memberikan peluang yang seimbang.

Lapisan yg Sengaja Disusun
Chester I Barnard secara khusus membahas sistem lapisan yg sengaja disusun oleh organisasi2 formal untuk mengejar suatu tujuan tertentu.
Sistem pembagian kekuasaan & wewenang dlm organisasi dibedakan:
Sistem Fungsional yg merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yg tingkatnya berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yg sederajat.
Sistem scalar yg yg merupkan pembagian kekuaasan menurut tangga kedudukan dari atas ke bawah.

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP

Faktor Internal

Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis sangat berperan penting bagi individu,karena di sinilah sikap individu mulai terbentuk. Misalkan saja seseorang yang tidak mempunyai kesempurnaan fisik(cacat fisik) akan mempunyai tingkat kepercayaan diri yang berbeda dengan seseorang yang normal. Seseorang cacat fisik cenderung kurang percaya diri dan menutup diri dari orang lain. Contoh lainnya adalah tingkat kesanggupan badan untuk melakukan kerja juga akan mempengaruhi sikap individu.

Faktor Psikologis
Faktor psikologis juga berperan dalam pembentukan sikap. Karena dengan aspek psikologis akan berdampak pada sikap individu,jika psikologis seseorang sehat dan mampu beradaptasi maka akan terbentuk sikap yang positif,sebaliknya jika aspek psikologis terganggu maka sikap yang di timbulkan juga mengarah pada kejahatan dan penyimpangan perilaku.

Faktor Motivasi
Motifasi sendiri berperan untuk memberikan dorongan agar suatu tujuan dapat tercapai. Motivasi juga berdasarkan lingkungan sekitar,bagaimana cara individu menyesuaikan situasi agar terbentuk sikap yang baik.
Faktor Eksternal

Faktor Pengalaman
Faktor pengalaman pada individu memberikan pengajaran dan pengetahuan pada seseorang. Dengan pengalaman seseorang akan mengetahui bagaiman menetukan sikap yang baik/buruk. Misalkan pada sseorang yang punya banyak pengalaman berharga,bisa saja ia menjadi orang yang bijaksana atau bahkan menjadi orang yang sombong.

Faktor Situasi
Faktor situasi dapat dikatakan sebagai peluang untuk menetukan dan membentuk sikap. Dalam setiap situasi individu harus mampu berdaptasi karena jika tidak di khawatirkan akan muncul sikap-sikap yang kurang pantas untuk di tampilkan dalam masyarakat.

Faktor Norma
Norma dalam kehidupan dapat memberikan batasan-batasan,dalam hubunganya dengan sikap individu adalah sikap yang timbul dapat bervariasi. Misalkan saja seseorang yang anggota keluarganya seorang militer,dia akan membentuk sikap yang cenderung disiplin dan sedikit keras. Lain halnya pada seseorang yang anggota keluarganya seorang pencuri,dia akan cenderung lebih santai dalam menjalani hidup dan bahkan tidak mempunyai sopan santun.

Faktor Hambatan
Dari kat hambatan saja dapat di simpulkan bahwa faktor ini mempengaruhi terbentuknya sikap. Hambatan itu sendiri dapat di temui dalam lingkungan intrinsik maupun ekstrinsik,dan disini sikap seseorang akan susah untuk di munculkan.

Faktor Pendorong
Faktor pendorong dapat di gunakan sebagai pembentuk sikap. Dorongan dapat timbul oleh pengaruh yang datang dari diri sendiri maupun lingkungan luar,pendidikan,pergaulan,dan lain sebagainya.

Faktor-faktor internal maupun eksternal tersebut dapat berpengaruh dalam pembentukan sikap,sikap yangterbentuk juga akn menimbulkan sebuah reksi. Reaksi tersebut dapat bersifat positif maupun negatif,reaksi yang positif dapat di menunjukkan sikap yang sesuai dengan keinginan dan harapan masyarakat lainnya. Sedangkan reaksi negatif dapat menunjukan sikap seseorang yang kurang serasi dalam kehidupan masyarakat.


Pada akhirnya yang menilai dan yang memantau reaksi tersebut adalah obyek sikap. Obyek sikap sendiri berhak untuk menilai apakahsikap dan reaksi yang individu timbulkan berhak untuk diberi sebuah penghargaan atau bahkan kecaman. Karena disini seseorang tidak dapat menilai dirinya sendiri tanpa dukungan dari orang lain.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari:
Misalkan mengambil contoh faktor pengalaman
Seorang perawat profesional mempunyai pengalaman melakukan kegiatan injeksi dan dia juga pernah menjadi obyek mahasiswa coba dalam tes injeksi. Pada saat ia menjadi seorang mahasiswa ia juga merasa gugup untuk melakukan injeksi,tetapi karena sekarang ia sudah mahir(pengalaman yang cukup) maka ia akan bersikap,lebih menarik,tenang. Dan reaksi yang di timbulkan ia akan memberikan pelayanan yang memuaskan pada pasien,dan pasien sendiri akan merasa si untungkan.

Faktor Psikologis
Misalkan jika seseorang perawat mengalami depresi akibat permasalahan perekonomian keluarga atau bahkan tugas kerja yang di bebankan terlalu banyak. Maka ia akan memunculkan reaksi yang negatif,ia akan cepat emosi,tidak fokus dalm kerja,dan pihak yang di rugikan adalah pasien. Sudah sakit masih mendapat perlakuan yang buruk dari perawat dan tidak mendapat pelayanan secara maksimal.

Faktor Motivasi
Motivasi di perlukan oleh seorang perawat untuk berkembang menjadi yang lebih baik lagi. Dorongan yang di hasilkan akan membentuk sikap perawat yang profesional,bertanggung jawab pada tugasnya. Reaksi yang di timbulkan juga bermacam-macam,tingkah laku dan penampilan yang menarik,pandai dan cekatan serta dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan dapat menghibur pasien.

FUNGSI HATI

FUNGSI HATI

1) Bagaimana hati melakukan fungsi detoksifikasi(mekanisme apa yang terlibat)?

Jawab:Hati mendetoksifikasi obat-obatan dalam bahan kimia yang berpotensi berbahaya melalui proses oksidasi,reduksi,hidrolisis atau konjugasi sehingga bahan tersebut menjadi tidak aktif.Secara fisiologis,konjugasi dengan asam glukuronat,misalkan menyebabkan zat tersebut menjadi larut dalam air sehingga dapat diekskresikan dalam urin.

2) Apa yang dimaksud hepatitis alkoholik dan apakah memiliki makna klinis dalam hubungannya dengan sirosis hati?

Jawab:Hepatitis alkoholik merupakan suatu lesi yang ditandai dengan nekrosis hepatoseluler dan serbukan sel radang,kondisi inio disebabkan oleh konsumsi alcohol dan diyakini merupakan lesi yang penting pada perkembangan sirosis laennec.

!--more-->

3) Apakah peranan hati dalam metabolisme karbohidrat,lemak dan protein?

Jawab:Hati merupakan laboraturium kimia untuk metabolisme karbohidrat,lemak,dan protein dan hanya peran ini saja membuat hati menjadi organ yang penting bagi kehidupan:Hati berperan utama dalam regulasi glukosa darah,lipid serum,dan factor-faktor koagulasi.

4) Apakah yang dimaksud dengan Apraksia Konstruksional dan apakah makna klinisnya?

Jawab:Apraksia Konstruksional adalah ketidakmampuan untuk membuat diagram sederhana atau menulis secara jelas dan mudah dibaca tanpa disertai paralysis atau kelemahan motorik,memburuknya kemampuan untuk membuat konstruksi yang membutuhkan keterampilan dan bertujuan atau untuk menulis tersebut mencerminkan progresi ensefalopati dan catatan medis serial dapat dibuat pada medis pasien.

5) Sebutkan tindakan yang mungkin dapat membantu mencegah penyebaran hepatitis virus dalam masyarakat,di rumah,dan unit klinik?

Jawab : - komunitas : suplai air dan pembuangan limbah yang aman dan terjaga, pengamatan semua sumur dan tangki septic, pengawasan restoran, pengawasan air pada kolam renang umum dan pantai.

- rumah :kebiasaan kebersihan umum yang baik. Mencuci tangan, menggunakan gelas minum dan peralatan makan sendiri-sendiri, mencuci dan sterilisasi piring secara memadai.

- Unit klinik : penggunaan syringe, jarum suntik, dan kateter sekali pakai, skrining antigen hepatitis B pada darah, pembuangan urine dan feses dari pasien terinfeksi secara ber4hati-hait, mencuci tangan, menghindari fungsi jarum, memisahkan pasien terinfeksi dalam ruangan tersendiri dengan fasilitas kamar mandi yang terpisah, peralatan makan sekali pakai, serta pekerja yang merawat pasien menggunakan pakaian dan sarung tangan.

6) Apakah tujuan dari tes enzimatik hati?

ALP:

-Mengetahui penyakit hepatobilier:kolestasis/obstuksi,tumor,batu,atau abses

-Penyakit tulang dengan aktivitas osteoblastik atau responterapi Vitamin D pada riketsia

-Proses keganasan (metastasis ke hati)

GGT:

-Untuk mengetahui penyakit hepatobilier:kolestasis,ikterus obstuktif pada anak.

-Membedakan penyakit tulang dan hati jika ALP meningkat

-Memantau konsumsi alkohol

-Mendeteksi prose keganasan(metastasis ke hati)

AST/GOT:

-Diagnosis dan evaluasi penyakit hati dan jantung

-Memantau efek obat(Hepatotoksik dan nefrototoksik)

ALT/GPT

-Diagnosis dan evaluasi penyakit hati:enzim ini merupakan indikator kerusakan sel hati.

-Memantau efek obat(Hepatotoksik)

-Membedakan ikterus hemolitik dan ikterus karena penyakit hati.

CHE

-Mengetahui adanya penyakit hati.

-Mengetahui adanya intoksifikasi senyawa organofosfat

ELIMINASI URINE

DEFINISI

- Eliminasi merupakan kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan dalam menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk mempertahankan homeostasis melalui pembuangan sisa-sisa metabolisme. Secara garis besar, sisa metabolisme tersebut terbagi ke dalam dua jenis yaitu sampah yang berasal dari saluran cerna yang dibuang sebagai feces (nondigestible waste) serta sampah metabolisme yang dibuang baik bersama feses ataupun melalui saluran lain seperti urine, CO2, nitrogen, dan H2O.

- Gangguan eliminasi urinarius adalah suatu keadan dimana seorang individu mengalami gangguan dalam pola berkemih ( fundamental of nursing hal 614, 2001 )

2. ETIOLOGI

Terjadi g3 eliminasi dkarenakan adanya retensi Na & air, sehingga menyebabkan g3 berkemih spt:

a. Retensi urine adl ketidak mampuan mengeluarkan urine.

b. Inkontinensia urine adl ketidak mampuan mengendalikan pengeluaran urine

- Inkontinensia Fungsional

- Inkontinensia Reflek

- Inkontinensia Stres

- Inkontinensia Total

- Inkontinensia Dorongan

c. Hematuria adl kencing darah.

d. Polyuria adl ekresi urine dlm jml banyak

e. Oliguria adl keadaan berkurangnya jml urine yg dhasilkan 9 ml.

f. Anuria adl keadan terhntinya prod. Urine / berkurangnya vol urine hg suatu tahap yg tdk memadai dlm ekresi limbah yg normal.

g. Dysuria adl berkemih yg sering

h. Frekwnsi adl berkmih yg sering

>Penjelasan dari yang diatasi

a. Retensi urine

Akumulasi urine yang nyata didalam kandung kemih akibat ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih, merengangkan dindingnya sehingga timbul perasaan tegang, tidak nyeri tekan pada stympisis pubis, gelisah dan terjadi datoresis (berkeringat)

b.Inkontinensia

Kehilangan kontrol berkemih, inkontinensia urine dapat bersifat sementara atau menetap. Disebabkan karena tidak dapat mengontrol sphingter uretra eksterna

3. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

1. Perkembangan dan pertumbuhan

Bayi dan anak-anak mengekskresikan urine dalam jumlah yang lebih besar dibanding dengan ukuran tubuh mereka. Anak berusia 6 bulan dengan berat badan 6-8 kg mengekskresikan urine 400-500 ml/ hari.

2. Sosial koltural

3. Faktor psikologis

4. Kebiasaan pribadi

5. Tonus otot

6. Status volume

7. Kondisi penyakit

8. Prosedur bedah

9. Obat-obatan

10. Pmeriksaan diagnostik

4. Karekteristik urine

Scara normal urin terdri atas:

Ø 96% air

Ø 4% zat padat

Warna urine

Ø Urine normal:berwarna kuning muda

Ø warna yg gelap:biasanya merupkan urine yg lbih pekat

Bau

Ø Normal:urine berbau aromatik yg samar2

Ø Urine keruh + bau amoniak.

PH urine

Ø N kurang lebih 6(agak asam)/ 4,5 – 7,5

BJ urine:menunjukkan darajat keasaman hidrasi

Ø N:1,005 – 1,025

E.Patofisiologi

Proses imunologik kuman strep nefriotugen



Komplek Ag – AG mempunyai aglutimin

Terbentuk



Molekul pd membran menimbulkan antibodi

Basalis Glomerolis



Ag – ab mengendap

di glom



Merusak glom



Gangguan dlm reproduksi

Gangguan eliminasi urine

5. MANIFESTASI KLINIS GNA

Manifestasi klinis pada gangguan eliminasi yang berhubungan dengan penyakit adalah sebagai berikut :

>Hematuria

>Edema ringan pada mata / seluruh tubuh

>Edema berat mengakibatkn oliguria dan payah jantung

>Hipertensi 60 – 70%

>Gangguan GIT ( muntah dan diare )

>Oliguria

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG GNA

>LED

>Tes HB

>Pemeriksaan urine:

jumlah urine menurun,

BJ urine meningkat,

gross hematuria, urium dan

kreatinin darah meningkat

7. PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan medis pada penderita dgn diberi diet TKRP RG (1 gr per hari ) makanan lunak, menjalani betres total, HT àIntake cairan di batasi, bila terjadi anuria 5 sampai 7 hri à dgn Hemodialisis, Dialisis Peritoneal.

û Evaluasi yang di inginkan :

- Kebutuhan cairan dan elektrolit klien terpenuhi.

- Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

- Tidak terjadi iritasi kulit pada kulit disekitar genital

- Kecemasan keluarga hilang.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA GANGGUAN POLA ELIMINASI URINE

1. Pengkajian

a. Nama : Untuk membeda-bedakan masing-masing pasien.

Umur : Sebagai pertimbangan cara pendekatan yang akan digunakan.

Jenis kelamin : Untuk membedakan, dan menentukan jenis Kelamin Klien.

Pekerjaan : Untuk mengetahui sumber penghasilan keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Alamat : Untuk mengetahui asal pasien / tempat tinggal (berhubungan erat dengan lingkungan dan sanitasi).

Suku bangsa : Untuk mengetahui adat yang digunakan Klien.

Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Klien.

b. Keluhan Utama

Keluhan utama dikaji untuk mengetahui alasan mengapa klien sampai dibawa ke Rumah sakit. Pada gangguan eliminasi urinne biasanya klien tidak bisa BAK atau BAK yang tidak terkontrol

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien datang dengan keluhan sulit berkemih, kalau berkemih harus mengejan dengan kuat, walau minum banyak tapi klien BAK tetap sedikit.

d. Riwayat Penyakit Masa Lalu

Riwayat Penyakit masa lalu dikaji untuk mengetahui apakah klien pernah mempunyai penyakit yang sama atau apakah klien pernah mempunyai riwayat alergi, gangguan absorbsi dan pernah menderita riwayat penyakit akibat gizi buruk dan Higiene Sanitasi yang buruk.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Penyakit Keluarga dikaji untuk mengetahui apakah ada keluarga yang pernah mempunyai Penyakit yang sama atau Penyakit yang menular/menurun.

f. Riwayat Psikososial dan spiritual

Klien dengan masalah ini biasanya mengalami konsep diri, klien merasa tidak percaya diri dan malu pada penyakitnya, klien dalam masalah ini biasanya kesulitan dalam beribadah

g. Pola Kebiasaan Sehari-hari

Pola aktifitas sehari-hari perlu dikaji diantaranya :

- Makan : Makanan yang dikonsumsi individu mempengaruhi eliminasi, intolerensi pada jenis makanan tertentu dapat mengakibatkan diare.

- Minum : - Asupan minuman/cairan yang menurun dapat mempengaruhi pola eliminasi .

- Eliminasi : pasien mengalami gangguan dalam berkemih , pasien yang mengalami retensi urine mengaku tidak bisa BAK, da pasien yang mengalami inkontinensia mengeluh tidak dapat mengontrol pola berkemihnya

- Tidur : Pola istirahat tidur ikut terganggu akibat dari blas penuh karena keinginan untuk berkemih yang terus menerus.

- Aktifitas Lain : Kurangnya mobilisasi dapat mengakibatkan klien mengalami gangguan pola berkemih

.

h. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

è Kesadaran

Dikaji untuk mengetahui keadaan umum klien pada/menurut GCS (Goslow Coma Skala). Respon Mootorik = 6

Verbal = 5

Mata = 4

15 compos mentis

è Tanda-tanda Vital

Tensi (tekanan darah) = 120/80 (normal)

Nadi = 100-120 x menit (anak-anak normal).

Suhu = 36 – 370 c (normal).

Respiration RUB = 23 x /menit (normal)

à Status gizi : BB menurun jadi status gizi menurun

2. Pemeriksaan cepalo caudal

Kepala

Pada kasus gangguan pola eliminasi urine biasanya tidak mengalami gangguan , kecuali pada kasus – kaus tertentu seperti GNA., yang bisa mengalami edema palpebra

Hidung dan Telinga

ü Pada gangguan eliminasi urine biasanya dari pemeriksaan.

Inspeksi : Bentuk hidung simetris, warna sama dengan daerah sekitarnya.

Palpasi : Biasanya tidak ada nyeri tekan, tidak ada polip

ü Pada Telinga

Inspeksi : Bentuk simetris, warna sama dengan daerah sekitarnya, tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada pendarahan.

Palpasi : Biasanya tidak ada nyeri tekan, tidak ada polip.

Mulut dan Lidah

Biasanya pada gangguan eliminasi Urine Mukosa mulut terlihat kering dan lidah tidak kotor.

Leher dan Tenggorokan

Pada leher dan tenggorokan tidak ada pembesaran getah bening maupun tyroid.

Pada Dada / Thorax

ü Pemeriksaan Paru

Inpeksi : Yang dikaji meliputi bentuk dada yaitu bentuk dada corong (funnel chest), bentuk dada tong (Barrel chest), bentuk dada burung (pigeon chest) selain itu yang dikaji yaitu Pernafasan Klien.

Palpasi : Yang dikaji yaitu terdapatnya nyeri tekan, peningkatan/ penurunan Fokal Fremitus serta ekspansi Paru.

Perkusi : Yang dikaji letak/batas paru (suara, resonan, tympani, redup).

Batas Paru :

Kanan

Kiri

Pada ICS 1-2 resonan

Resonan pada ICS 1-2 dan 6

Pada ICS 3-4 redup

karena ada hepar

Pada ICS 3-5

karena ada jantung

Pada ICS 5-6 tympani

Pada ICS 7 tympani

Auskultasi : Yang dikaji suara tambahan paru.

Misalnya : weeling, rales, ranchi, pleura fraction Rub.

ü Pemeriksaan Jantung

Inpeksi : Yang dikaji ictus cordis terlihat atau tidak.

Palpasi : Yang dikaji teraba dan kekuatan uctus cordis

Ictus cordis terletak pada ICS 5 mid claucula line sinistra.

Perkusi : Yang dikaji batas-batas Jantung normal

Batas Jantung atas pada ICS 3

Batas Jantung atas pada ICS 5

Batas Jantung kanan pada linea sternalis sinistra.

Batas Jantung kiri pada linia aksila anterior sinistra.

Auskultasi : - Yang dikaji suara tambahan Jantung misal : murmur BJ III dan IV.

- Bunyi jantung I dan II yaitu sistole dan diastole terdengar pada ICS.

ü Pemeriksaan Abdomen

- Inspeksi : Yang dikaji ada tidaknya striae, ada tidaknya lesid kebersihan.

- Auskultasi :

8

8

7

7

Termasuk normoperistaltik.

- Perkusi : Pada lambung terdengar Hipertympani.

- Palpasi : Dikaji untuk mengetahui Pembesaran hati, ginjal, lien dan bledder.

ü Anus dan Genetalia

Masanya pada gangguan eliminasi Alvi anus dan genetalia tidak mengalami mengalami sedikit sakit karena proses mengejan.

ü Ekstrenitas Kuku

- Bentuk kuku

- Kuku tidak sionosis, warna kuku putih kemerahan, tidak ada odema ekstrinitas, terpasang infus pada tangan disebelah kiri.

ü Tonus Otot

8

8

7

7

Kekuatan otot penuh.

ü Pemeriksaan Neurologis

1. Olfaktori

Dikaji apakah klien mampu mengidentifikasi bau/aroma benda tertentu.

2. Optik

Dikaji apakah klien mampu melihat huruf pada kartu snelen pada jarak 6 m.

3. Okulamator

Dikaji apakah pupil peka terhadap cahaya dan mampu beradaptasi dengan baik.

4. Troklear

Dikaji untuk mengetahui apakah bola mata mampu mampu bergerak keatas dan kebawah.

5. Trigeminal

- Dikaji apakah reflek kornea cepat pada sentuhan kapas.

- Dikaji apakah terdapat nyeri pada wajah.

6. Abdusen

Dikaji apakah bola mata mampu bergerak kesamping kiri, kanan atas dan bawah.

7. Fasial

- Dikaji apakah klien mampu untuk tersenyum, mengerutkan dahi, menaikkan alis.

- Dikaji apakah klien mampu merasakan asin, manis, asem dan pahit.

8. Auditori (Pendengaran)

Dikaji apalkah klien mampu mendengarkan kata-kata dengan baik.

9. Glosofaringeal (Pengecapan, kemampuan menelan, gerak lidah)

- Dikaji apakah klien mampu merasakan asin, manis, asam pada pangkal lidahnya.

- Dikaji apakah reflek GAG baik.

- Dikaji apakah klien mampu menggerakkan lidahnya.

10. Vagus

- Dikaji apakah pada saat bersuara “ah” terdapat gerakan malatum dan faringeal.

- Dikaji apakah timbul GAG.

- Dikaji apakah klien dapat bersuara keras.

11. Aksesori

- Dikaji apakah klien dapat mengangkat bahu dan memalingkan wajah kesisi yang ditahan.

12. Hipoglosial

- Dikaji apakah klien dapat menggerakkan lidahnya kesamping dan keatas kebawah.

Ø Pemeriksaan penunjang

Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi melalui pemeriksaan laboratorium yang lebih adekuat.

Ø Penatalaksanaan

Ø Harapan klien dan keluarga

Ø Genogram

5. Diagnosa Keperawatan

Menurut ANA (American Nursing Asosiation) diagnosa merupakan respon individu pada masalah kesehatan yang aktual dan potensial (Marilynne. Doenges : 2002).

Diagnosa Keperawatan :

>Gangguan Eliminasi Urine,:

a.Penurunan kapasitas ?iritasi kandung kemih

b.Penurunan Iisyarat kandung kemih

c.Kelemahan otot dasar

d.Ketidak mampun untuk menakses kamar mandi saat diperlukan

e.Penurunan perhatianpada isyarat kandung kemih

*INTERVENSI

1.Pertahankan Hidrasi yg optimal

a. Intake cairan 2-3 L/ hari

b. Beri jarak cairan tiap 2 jam

c. Perbanyak masukan cairan

2.Tingkat berkemih

Pastikan privasi da rasa nyama, bantu klien menggunakan bedpan

3.Tingkat integritas kulit

a. Identifikasikan klien yang berisiko mengalami ulkus

b. Cuci area, bilas dan keringkan setelah BAK

4.Kaji pola berkemih

a. Waktu dan jumlah cairan

b. Tipe cairan

c. Jumlah retensi

d.Jumlah berkemih

5.Jadwalkan program Kateterisasi Intrmitten pada klien dan keluarga untuk penatalaksanaan jangka panjang

a. Jelaskan alasan kateterisasi

b. Jelaskan pentingnya pengosongan kandung kemih

*Retnsi urineb/d okstruksi atau disfungsi neuromuskular

1. Kaji diatensi kandung kemih

2. Tindakan pengosongan kandung kemih

a. Manufer vabsova

-kontraksikan otot abdomen mengejan, tahan nafas sambil meregangkan

-tahan regangan sampai aliran urine berhenti, tunggu 1 menit dan regangkan kmbali

b. Ajarkan manuf credes

-tempatkan kedua tangan diarea umbilikus

-tekan dengan kuat kearah bawah, kearah pelvis

-ulangi 6-7 x sampai urine tidak keluar lagi

c. Ajarkan manufer regangan anal

-duduk pada toilet, bungkuk kedepan pada ke-2 paha

-tempatkan 1 tangan dengan sarung tangan dibelakang bokong

-masukan 1-2 jari yang dilumasi kedalam urine sampai sphingter

-pisahkan bagian jari/ tarik kearah posterior

-perlahan pegang sphingter anus dan tahan mengejan dan berkemih

-ambil nafas dalam tahan waktu mengejan

3. Jika volume residu > 100cc, atau tidak berhasil progamkan kateterisasi intermiten.

4. Catat urine tiap jam

5. Bantu pasien teknik relaksasi

6. Pantau

-TTV

-Masukan cairan untuk cegah hidrasi

7. Kolaborasi dengan tim medis

-Pemberian analgesik

-Pemberian kolinemik

-Pemberian infus